Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bisnisnya Lagi Lesu, Ini Lika-liku Perjalanan Hero Supermarket dari Era 70-an Hingga Kini

Siapa yang tidak kenal supermarket Hero? Nah bisnis ritel modern itu kini tengah mengalami kelesuan. Keuntungan supermarket yang bisa dibilang sebagai pionir karena telah berdiri sejak 1971 ini tidak berjalan dengan maksimal. Mereka justru mengalami penurunan keuntungan di tahun 2018 bila dibandingkan dengan keuntungan pada tahun 2017.

Pihak perusahaan pun terpaksa memutar otak dan mencari cara demi mempertahankan keberlangsungan bisnis mereka. Di antaranya adalah dengan melakukan pemutusan hubungan kerja ratusan karyawan dan menutup puluhan gerai yang tersebar di Indonesia.

Sebenarnya, berapa sih besarnya kerugian yang dialami oleh PT Hero? Dan langkah efisiensi seperti apa yang mereka ambil dalam rangka menjaga bisnis ritel ini tetap jalan di masa mendatang?

Baca juga: Carrefour Buka Supermarket di Tengah Lautan Pertama di Dunia

Laba turun 1%

Hero supermarket. (Instagram/@herosupermarket)
Hero supermarket. (Instagram/@herosupermarket)

Langkah penutupan ini terpaksa dilakukan oleh PT Hero, pasalnya diakui mereka selama ini diderita kerugian yang cukup besar. Keuntungan yang mereka peroleh tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 1% dibandingkan dari tahun 2017.

Dikutip dari CNBC, tahun 2017 mereka memperoleh penjualan sebesar Rp

Rp 9,961 triliun sementara di 2018 mengalami penurunan dengan total Rp 9,849 triliun.

Disinyalir, faktor terbesar kerugian ini disebabkan adanya penurunan penjualan sektor makanan di supermarket Giant dan Hero.

“Per September 2018 penjualan bisnis makanan (Giant dan Hero) turun 6% dibanding tahun sebelumnya, hal ini mengakibatkan bisnis makanan kami mengalami kerugian operasional sebesar Rp 163 miliar, lebih buruk dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya,” kata Tony Mampuk, General Manager Corporate Affairs PT Hero Supermarket Tbk seperti dikutip dari CNBC.

Baca juga: Dari Supermarket ke KFC, Begini Perjalanan Bisnis Keluarga Gelael

Pecat 532 Karyawan dan tutup 26 gerai  

Seorang pengunjung di Hero Supermarket. (Instagram/@herosupermarket)
Seorang pengunjung di Hero Supermarket. (Instagram/@herosupermarket)

Penurunan 1% ini berdampak besar bagi keberlangsungan bisnis ritel Hero. Mereka pun mengambil langkah efisiensi yang bertujuan agar usaha ini tetap berjalan sesuai tujuan dalam memperoleh keuntungan.

Menyiasatinya, perusahaan terpaksa melakukan efisiensi pengeluaran. Salah satunya adalah dengan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya. Total ada 532 karyawan yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja ini. Sebagian besar dari mereka pun telah sepakat untuk memutus hubungan kerja dan telah mendapatkan hak pesangonnya sesuai dengan UU Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan.

Hero juga melakukan penutupan 26 gerai yang dinilai beban operasionalnya terlalu tinggi. Harapannya, hal ini mampu mengembalikan kondisi keuangan perusahaan di tahun 2019.

Dikutip dari CNBC, semenjak lima tahun terakhir, jumlah karyawan Hero telah mengalami penurunan mencapai lebih dari 3.000 karyawan. Pada bulan September 2014, jumlah karyawannya mencapai 16.929 orang. Namun, pada September 2018 menjadi 13.886 orang.

Baca juga: Trik Supermarket Bikin Pengunjung Kalap Ini Bisa Kamu Tiru

Sejarah Hero

Pendiri Hero Supermarket M.S. Kurnia. (Instagram/@herosupermarket)
Pendiri Hero Supermarket M.S. Kurnia. (Instagram/@herosupermarket)

Hero sendiri muncul dari tangan dingin M.S Kurnia yang lahir pada 1 Desember 1934 di Sukabumi. Beliau bukanlah warga yang berasal dari keluarga mapan.

Awalnya ia dibesarkan di keluarga yang kesulitan ekonomi. Kurnia pun turut serta membantu meringankan beban ekonomi keluarga dengan berjualan barang-barang. Hingga akhirnya, pada tahun 1954 Kurnia dengan kakak laki-lakinya, Wu Guo Chang, mendirikan CV. Hero.

Tahun 70-an, Kurnia pun memberanikan diri untuk membuka gerai pertamanya atau yang kini kita kenal dengan Hero Mini Supermarket. Gerai tersebut dibuka tepatnya pada tanggal 23 Agustus 1971 di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Hero saat itu menjual makanan-makanan impor dari Singapura. Pegawainya saat itu saja baru 16 orang.

Pada masa itu, banyak supermarket yang tutup setiap hari Sabtu dan Minggu. Kurnia melihat itu sebagai sebuah peluang. Oleh karenanya ia melakukan terobosan di dunia retail dengan tetap membuka gerai di akhir pekan.

Pada era tahun 1980-an Hero mengalami kesuksesan drastis dalam bisnis retail dengan memiliki 26 gerai supermarket. Tahun 1994, gerai Hero terus meningkat dan mereka memiliki total 56 gerai.

Bisnis ini semakin menjanjikan. Rekornya, Hero membuka sembilan gerai sepanjang tahun 1996 hingga total mencapai lebih dari 71 gerai saat itu.

Sempat menjadi korban krisis

Tampilan Hero Supermarket dulu dan kini. (Instagram/@herosupermarket)
Tampilan Hero Supermarket dulu dan kini. (Instagram/@herosupermarket)

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998 memberi pengaruh buruk pada perkembangan bisnis ritel Hero. Seperti diketahui, kericuhan dan penjarahan terjadi saat itu. Beberapa gerai mereka turut menjadi korban pembakaran dan penjarahan.

Tapi beruntung, sebanyak 68 gerai lainnya masih bertahan dan beroperasi seperti biasa.

Memiliki beberapa unit usaha

Unit usaha Hero supermarket. (Hero.co.id)
Unit usaha Hero supermarket. (Hero.co.id)

Tahun 2000-an Hero terus berkembang pesat, hingga akhirnya memiliki beberapa unit usaha. Untuk segmen hypermarket, mereka memiliki Giant yang pertama kali dibuka pada tahun 2002.

Kemudian, mereka juga melebarkan sayap ke bisnis apotek. Kamu pasti kenal dan mungkin pernah berbelanja di Apotek Guardian kan? Nah itu juga pengembangan bisnis Hero.

Terakhir, Hero Grup membuka sebuah unit usaha baru yang bergerak di bidang interior dan perabotan rumah asal Swedia, IKEA. IKEA didirikan pada tahun 2014 di kawasan BSD

Itu tadi gambaran tentang keadaan bisnis Hero saat ini yang tengah mengalami kelesuan dalam penjualan makanan. Akan tetapi, penjualan produk-produk non-makanan mereka mengalami perkembangan yang cukup memuaskan.

Meski menutup 26 gerai dan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap ratusan kerja, mereka masih memiliki ratusan gerai yang beroperasi seperti biasa. Saat ini Hero tetap menjalankan lebih dari 400 gerai yang beroperasi di seluruh Indonesia, di antaranya 59 Giant Extra, 96 Giant Express, 258 Guardian, dan 1 IKEA. (Editor: Ruben Setiawan)

Posting Komentar untuk "Bisnisnya Lagi Lesu, Ini Lika-liku Perjalanan Hero Supermarket dari Era 70-an Hingga Kini"