Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menempatkan Stereo-Speaker

Perangkat stereo yang anggun dengan dua speakernya yang handal kadang menjadi sia-sia dan terdengar “kurang enak”, penyebabnya sederhana : Penempatan speaker yang salah.
Bagi sebagian orang hal ini mungkin tidak pernah jadi problem lantaran adanya motto : Yang penting bunyi!
Tetapi bagi sebagian lagi hal ini menjadi perhatian yang serius.  Ketika problem menempatkan speaker stereo menjadi hal yang cukup perlu untuk diperhatikan, inilah sekilas ulasan tentangnya.

Fungsi stereo.
Perbedaan antara sistem stereo dengan sistem mono sangatlah jelas.
Pada sistem mono tidak ada pemisahan gosip bunyi pada bagian-bagian tertentu, semuanya menjadi satu dan muncul dalam satu bentuk bunyi yang sama meskipun speaker yang dipakai ialah dua. Namun pada sistem stereo terdapat pemisahan gosip bunyi pada bagian-bagian tertentu sehingga satu bunyi tertentu yang muncul di speaker yang satu tidak muncul di speaker lainnya, begitu pula sebaliknya.
Hal ini disebabkan lantaran adanya pemisahan saluran (saluran/bagian) pada rangkaian elektronik dari penguat/amplifier yang tersambung kepada speaker, dan speaker hanyalah mengeluarkan bunyi berdasarkan saluran penguat yang tersambung kepadanya saja.
Pemisahan saluran pada rangkaian penguat dimulai dari serpihan pre-amplifier, tone-control hingga serpihan power-amplifier-nya.

Sistem stereo dibentuk orang sebagai salah satu perjuangan untuk mendapat nuansa bunyi yang lebih mendekati keaslian atau lebih berkesan alami.
Ketika seseorang sedang duduk mendengarkan empat orang yang sedang berbicara (atau sedang bermain musik) gosip bunyi yang diterima indera pendengaran kiri akan berbeda dengan gosip bunyi yang diterima indera pendengaran kanan.
Dengan sistem stereo (dari perekaman hingga reproduksi suara) keadaan yang ibarat dengan itu berusaha diwujudkan.
Namun hal ini perlu dukungan, di antaranya yang penting ialah penempatan speaker stereo secara benar.

Masalah fase suara.
Gelombang bunyi yang dihasilkan oleh getaran membran speaker bergerak ke arah indera pendengaran dalam satu fase tertentu. Ketika fase bunyi dari kedua speaker dalam keadaan yang benar, bunyi yang terdengar seolah tiba dari tengah jarak di antara kedua speaker tersebut.
Tetapi dikala fase bunyi dalam keadaan salah maka bunyi akan terdengar “kasar”, terjadi tumpang tindih pada beberapa frekwensi audio sehingga pengaturan nada pada tone-control menjadi sulit untuk memperbaiki keadaan.
Hal ini sering disebabkan faktor akustik ruangan yang kurang mendukung. Banyaknya pantulan liar yang terjadi dari serpihan salah satu sisi ruangan akan mengesankan bunyi tidak balans baik pada levelnya atau pun pada jalur frekwensinya.
Contohnya contohnya salah-satu speaker ada yang terhalang sebuah benda besar di ruangan ibarat lemari atau sejenisnya.
Solusinya ialah meninjau ulang penempatan barang-barang rumah yang besar ibarat lemari atau semacamnya untuk membuat area antara speaker dengan pendengar yang bebas kendala dan meminimalisir bunyi mayoritas yang tiba kepada pendengar ialah bunyi pantulan.
Apabila faktor akustik kurang mendukung, ada satu tips untuk menghasilkan fase yang sempurna khusus pada range frekwensi rendah (bass), yaitu dengan menyambungkan salah satu speaker secara terbalik pada terminal sambungannya.
Cara ini sering berhasil mengoptimalkan bunyi bass pada amplifier sistem OTL atau OCL. Kabel “positif” dari salah satu saluran amplifier disambungkan ke terminal “negatif” salah satu speaker dan kabel negatifnya disambungkan ke nyata speaker. Ini hanya dilakukan pada salah satu speaker saja, tidak kedua-duanya.

Masalah dekor ruangan.
Ruangan dengan banyak gambar berfigura akan merugikan perambatan suara, sebagian bunyi akan hilang. Begitu juga dengan ruangan yang dipenuhi sofa (mebel atau sejenisnya) dan karpet tebal akan banyak meredam suara, terutama pada frekwensi tinggi audio.
Dengan hilangnya sebagian gosip audio pada frekwensi-frekwensi tertentu sebelum hingga ke telinga, maka hal ini akan menjadikan berkurangnya keutuhan stereo.
Karena itu permasalahan fase bunyi perlu mendapat perhatian untuk diatasi dengan mendekor ulang ruangan jikalau memungkinkan. Jika tidak memungkinkan maka keinginan akan menjadi sangat terfokus kepada solusi permasalahan utama, yaitu menempatkan speaker dengan tepat.

Masalah penempatan speaker.
Dalam penempatan speaker, ada dua yang sangat berpengaruh, yaitu penempatan secara vertikal dan penempatan secara horizontal.
Penempatan secara vertikal yang kurang sempurna ialah dikala speaker ditaruh pada posisi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Penempatan speaker seharusnya mengacu kepada posisi pendengar, apakah umumnya pendengar berada dalam posisi duduk di kursi ataukah bangkit di lantai. Jika speaker ditaruh terlalu tinggi maka bunyi dalam frekwensi tinggi dan frekwensi menengah audio yang berasal dari tweeter atau midrange-speaker akan banyak lolos dari pendengaran. Selain itu posisi speaker yang terlalu tinggi juga akan merugikan perambatan nada-nada rendah, lantaran itu imbas yang terjadi juga ialah berkurangnya bunyi bass.

Posisi speaker yang terlalu rendah terhadap pendengar berefek sama pada frekwensi tinggi audio. Treble akan terdengar kurang tajam (tumpul), namun lantaran pantulan dari bawah lantai menjadi cukup besar, maka bunyi bass akan menjadi dominan. Ini tetap tidak seimbang.
Solusi yang sempurna dari semua itu ialah dengan menempatkan speaker dalam posisi tweeter atau midrange-speaker setinggi indera pendengaran pendengar, sedangkan woofer boleh di bawah itu.
Karena pertimbangan inilah beberapa produk speaker berkelas menaruh tweeter dan midrange-speakernya di serpihan atas box pada jarak yang sempurna dengan woofernya yang berada di serpihan bawah, sehingga dikala speaker itu ditempatkan secara benar maka tidak ada serpihan frekwensi audio yang luput dari pendengaran.

Penempatan speaker secara horizontal harus mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya ialah posisi senter pendengar, arah rambatan bunyi dan keleluasaan ruangan.

Perangkat stereo yang anggun dengan dua speakernya yang handal kadang menjadi sia Menempatkan Stereo-Speaker

Pada gambar (A) diperlihatkan penempatan speaker yang tidak tepat.
Dalam posisi ibarat itu hanya bunyi dari satu saluran yang akan didengar secara utuh oleh pendengar, sedangkan bunyi dari saluran lainnya hanya hingga kepada pendengar dari pantulan dengan level yang sangat minim.
Gambar (B) memperlihatkan penempatan speaker yang salah satunya berada lebih bersahabat dengan pendengar. Dalam posisi ibarat itu semua serpihan bunyi tetap terdengar, namun lantaran adanya perbedaan jarak akan timbul pula perbedaan fase waktu hingga bunyi kepada pendengar.
Gambar (C) memperlihatkan penempatan speaker yang sering dipilih oleh sebagian orang.
Sepintas tampak tidak ada problem lantaran bunyi tetap nyaman didengar, namun bekerjsama dalam posisi ibarat itu terdapat “cakap alih-silang” (cross-talk) yang terlalu banyak, juga adanya gelombang bunyi yang merambat lurus menjadi tidak fokus kepada pendengar.
Gambar (D) memperlihatkan penempatan speaker yang lebih sering sukses dibandingkan dengan cara penempatan lainnya. Setiap serpihan bunyi akan hingga kepada pendengar dengan sudut yang seimbang dari kedua speaker.


Sumber maraji : Placing Stereo Speaker
John Milder, Popular Electronic, June 1960.

Posting Komentar untuk "Menempatkan Stereo-Speaker"