Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

4 Alasan Kenapa Generasi Millennial Indonesia Sulit Punya Rumah

Banyak generasi millennial Indonesia kesulitan, dan bahkan tidak memiliki rumah. Di kota-kota besar Indonesia, memiliki hunian tampaknya hanya menjadi impian generasi muda.

PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF, mencermati terdapat beberapa kendala yang menghantui generasi muda di kota besar hingga sulit memiliki rumah.

1. Pengeluaran Konsumsi Millennial Tinggi

“Yang kami cermati pada saat ini adalah proporsi belanja keluarga muda di 17 kabupaten kota, lebih dari 50% untuk konsumsi. Bukan untuk rumah,” ujar Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo di Yogyakarta.

Kemudian, masalah kedua rendahnya kepemilikan rumah adalah kenaikan harga rumah tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan per tahunnya.

2. Kenaikan Harga vs Kenaikan Upah

Berdasarkan data Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Bank Indonesia, dalam satu dekade kenaikan harga hunian mencapai 39,7 persen.

Sedangkan kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) di seluruh Indonesia per tahun dengan memperhatikan perkembangan tingkat inflasi masih belum sebanding.

“Rendahnya kepemilikan rumah millennial khususnya di kota-kota besar, karena harganya mahal. Kenaikan harga rumah dan kenaikan penghasilan tidak terkejar,” jelas Ananta.

Sebab, jika dihitung secara ideal, maka, harga rumah yang dibeli maksimal tiga kali dari penghasilan tahunan. “Apabila membeli rumah seharga Rp 600 juta, maka harus memiliki penghasilan Rp 200 juta per tahun atau Rp 16 juta per bulan,” kata Ananta.

3. Suku Bunga

Ananta mengatakan, permasalahan selanjutnya adalah suku bunga pembelian rumah di Indonesia masih belum sesuai dengan karakteristik anak muda.

“Sudah jelas terjadi dan dilematis sekali, dan pemerintah menyediakan rumah fasiltas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) dan milenial melihatnya jauh lokasinya. Transportasi tidak memadai, dan itu menjadi tantangan juga,” kata Ananta.

4. Millennial Pekerja Kreatif

Selain itu, rendahnya kepemilikan rumah pada usia muda juga dipengaruhi oleh faktor pekerjaan. Saat ini banyak sekali generasi masa kini yang memiliki pekerjaan sendiri atau usaha sendiri.

“Millennial kebanyakan kerja informal tidak ada slip gaji dan kita berusaha mencari solusi untuk milenial yang tidak punya slip gaji. Pendapatanya besar tapi nggak ada slip gaji dan boros juga, itu gaya hidupnya,” ungkap Ananta.

SMF yang mengemban tugas sebagai special mission vehicle (SMV) untuk membangun dan mengembangkan Pasar Pembiayaan Sekunder Perumahan berharap suku bunga tetap. Langkah ini demi memberikan fasilitas yang terjangkau bagi generasi mudah untuk kredit kepemilikan rumah di Indonesia.

“Solusinya bagaimana membuat KPR yang fix rate. Jangan yang float. Kaya di Korea KPR fix rate dipaksakan oleh pemerintahnya bank-banknya harus fix rate,” kata Ananta.

Dengan begitu, minat dan juga kemampuan finansial generasi muda untuk membeli rumah bisa meningkat. “Harga rumah akan naik setiap tahunnya. Semakin lama menunda kepemilikan rumah, maka penghasilan yang diperoleh semakin tidak cukup membeli rumah,” ungkapnya.

Selain itu, generasi milenial juga perlu menanamkan pola pikir atau mindset bahwa rumah adalah kebutuhan pokok. Menyisihkan penghasilan untuk tabungan masa depan, membeli rumah sesuai dengan keinginan. Rumah tidak hanya bentuk tapak, tetapi juga bisa bentuk susun atau vertikal seperti apartemen.

“Membeli rumah dahulu baru kemudian dikembangkan. Kaya saya dahulu yang penting beli dulu, nanti punya anak satu tambah kamar, punya anak dua tambah kamar. Jadi harus punya rumah sejak muda,” pungkas Ananta.

Editor: Ayyi Achmad Hidayah

Posting Komentar untuk "4 Alasan Kenapa Generasi Millennial Indonesia Sulit Punya Rumah"